Senin, 27 April 2015

[002] Al Baqarah Ayat 060

««•»»
Surah Al Baqarah 60

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
««•»»
wa-idzi istasqaa muusaa liqawmihi faqulnaa idhrib bi'ashaaka alhajara fainfajarat minhu itsnataa 'asyrata 'aynan qad 'alima kullu unaasin masyrabahum kuluu waisyrabuu min rizqi allaahi walaa ta'tsaw fii al-ardhi mufsidiina
««•»»
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) {55}. Makan dan minumlah rizki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
{55} Ialah sebanyak suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A`raaf ayat 160.
««•»»
And when Moses prayed for water for his people, We said, ‘Strike the rock with your staff.’ Thereat twelve fountains gushed forth from it; every tribe came to know its drinking-place. ‘Eat and drink of Allah’s provision, and do not act wickedly on the earth, causing corruption.’
««•»»

Pada permulaan ayat ini Allah swt. mengisahkan bagaimana Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah swt. untuk mendapatkan air minum bagi para pengikutnya itu yang terdiri dari dua belas suku. Allah mengabulkan doa tersebut, lalu memerintahkan Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar yang ada di padang pasir itu. Tiba-tiba memancarlah air dari batu sebanyak dua belas sumber, sehingga masing-masing suku dari kaum Nabi Musa a.s. mendapatkan air minum dengan cukup.

Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Musa a.s. untuk membuktikan kerasulannya dan untuk menunjukkan kekuasaan Allah swt.

Sesungguhnya Allah kuasa memancarkan air dari batu, tanpa dipukul dengan tongkat lebih dahulu akan tetapi Allah swt. hendak memperlihatkan kepada hamba-Nya hubungan sebab dengan akibat, supaya mereka itu apabila menginginkan sesuatu haruslah berusaha dan bekerja mendapatkannya menurut proses hubungan antara sebab dan akibat. Allah swt. telah menyediakan rezeki untuk setiap makhluk-Nya yang hidup di muka bumi ini, akan tetapi rezeki itu tak datang sendiri, melainkan harus diusahakan dan harus ditempuh cara caranya. Siapa yang malas berusaha tentu tidak akan mendapatkan rezeki yang diperlukan.

Akan tetapi, di samping itu Allah swt. telah menciptakan manusia ini mempunyai pikiran dan perasaan yang terbatas, sehingga ia hanya dapat memahami yang berada dalam daerah jangkauan indera pikiran dan perasaannya. Apabila ia melihat adanya sesuatu yang berada di luar kemampuannya, ia berusaha untuk mengembalikan persoalannya kepada yang telah diketahuinya. Bila ia tidak dapat memahaminya sama sekali maka ia menjadi bingung, apabila hal itu terjadi di hadapannya berulang kali. Maka Allah memperlihatkan mukjizat melalui para nabi sesuai dengan keadaan umat pada masa nabi itu.

Allah swt. menyuruh mereka makan dan minum dari rezeki yang telah dilimpahkan kepada mereka dan dilarang-Nya mereka untuk berbuat kelaliman.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan) ingatlah (ketika Musa memohon air) (untuk kaumnya) yakni ketika mereka telah kehausan di padang Tih (lalu firman Kami, "Pukulkanlah tongkatmu ke atas batu itu!") yaitu batu yang pernah membawa lari pakaiannya, bentuknya tipis persegi empat sebesar kepala manusia, batu lunak atau seperti keduanya lalu dipukulkannya (maka terpancarlah) terbelahlah batu itu lalu keluar air (daripadanya dua belas mata air) yaitu sebanyak jumlah suku Bani Israel (sesungguhnya telah mengetahui tiap-tiap suku) yakni tiap-tiap suku di antara mereka (tempat minum mereka) masing-masing hingga mereka tidak saling berebut.

Lalu firman Kami kepada mereka, ("Makan dan minumlah rezeki yang diberikan Allah dan janganlah kamu berbuat keonaran di muka bumi dengan melakukan pengrusakan!") 'Mufsidiin' menjadi 'hal' yang memperkuat perbuatan pelaku '`atsiya' yang berarti berbuat keonaran
.
««•»»
And, mention, when Moses sought water for his people, for they suffered thirst in the wilderness, We said, ‘Strike with your staff the rock, (the one that ran off with his robe, a light cube-like [rock] about the size of a man’s head, made of marble) and he struck it, and there exploded, there burst and gushed forth, from it twelve fountains, equal to the number of tribes, each people, [each] tribe among them, came to know their drinking-place, which they did not share with any of the others. And We said to them, ‘Eat and drink of that which God has provided, and do not be degenerate in the earth, seeking corruption’ (mufsidīn is a circumstantial qualifier emphasising its operator, the subject of the verb [lā ta‘thaw, ‘do not be degenerate’] derived from ‘athiya, meaning afsada, ‘to corrupt’).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 59]•[AYAT 61]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
59of286
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=2&tAyahNo=60&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#2:60


Tidak ada komentar:

Posting Komentar