
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
««•»»
wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-antum mu'ridhuuna
««•»»
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
««•»»
And when We took a pledge from the Children of Israel: ‘Worship no one but Allah, do good to parents, relatives, orphans, and the needy, and speak kindly to people, and maintain the prayer, and give the zakāt,’ you turned away, except a few of you, and you were disregardful.
««•»»
Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw. ketika Dia menetapkan atas Bani Israel janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah swt.
Allah melarang mereka beribadat kepada selain Allah, biarpun berupa manusia atau berhala dan lain-lain karunia hal yang demikian itu berarti mempersekutukan Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah adakalanya dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang berupa membesarkan sesuatu yang disembah itu. Agama Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya semuanya menekankan untuk menyembah Allah yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Seperti firman Allah swt.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu"
(QS. An Nisa' [4]:36)
Janji dan Bani Israel ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah, hak yang tertinggi dan terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatupun yang disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan untuk tugas inilah sebenarnya mereka diciptakan.
Sesudah menyebutkan hak Allah ini, disusul dengan perintah berbuat kebaikan kepada orang tua, suatu amal kebaikan yang tertinggi.
Dalam firman-Nya:
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tuamu
(QS. An Nisa' [4]:36)
Berbuat kebaikan kepada orang tua ialah dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah. Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak ialah karunia ibu bapak itu telah berkorban untuk kepentingan anaknya di kala masih kecil dengan sepenuh perhatian dan belas kasihan. Mereka mendidiknya dan mengurus segala kepentingan anaknya itu di kala masih lemah, belum dapat mengambil sesuatu manfaat dan belum dapat pula menolak sesuatu bahaya. Selain diri itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Apakah tidak wajib bagi si anak memberikan balasan kepada ibu-bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?
Firman Allah swt
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
(QS. Ar Rahman [55]:60)
Kecintaan kedua orang tua adalah disebabkan:
- Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah kepada keduanya untuk menyempurnakan nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia.
- Rasa bangga terhadap anak-anaknya.
- Harapan di masa depan bahwa anaknya dapat menolong baik dengan harta maupun dengan tenaga dalam penghidupan.
Umat ini terdiri atas keluarga-keluarga dan rumah tangga-rumah tangga. Maka kebaikan dan keburukan umat tersebut tergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan rumah tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut membina unsur umat. Kemudian setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan tali persaudaraan dengan rumah tangga lainnya berdasarkan tali keturunan, keagamaan ataupun kebangsaan. Dengan demikian akan terbinalah suatu bangsa dan umat yang kuat.
Mengadakan hubungan erat sesama keluarga adalah sesuai dengan firtah manusia. Agama Islam, agama memberi jalan yang baik bagi pertumbuhan ikatan kerabat ini.
Kemudian Allah menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan yaitu hak orang miskin.
Berbuat kepada anak yatim ialah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala hak-haknya. Alquran dan sunah sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim walaupun ia kaya karunia yang dipandang ialah keyatiman itu sendiri. Allah mewasiatkan anak-anak yatim kepada masyarakat agar menganggap mereka itu sebagai anak sendiri untuk memberikan pendidikan umum. Jika mereka terlantar, mereka dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, maka akibatnya lebih besar pada bangsa dan negara.
Berbuat ikhsan kepada orang miskin ialah memberikan bantuan kepada mereka terutama sewaktu mereka ditimpa kesulitan dan kemalangan.
Nabi bersabda:
الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد في سبيل الله
Orang yang menolong terhadap orang janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah.
(HR Muslim dari Abi Hurairah)
Allah mendahulukan menyebut anak yatim dari orang miskin, karunia orang miskin itu dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedang anak yatim karunia dia masih kecil belum sanggup berusaha sendiri.
Sesudah Allah menyuruh berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka Allah kemudian menyuruh mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia.
Bilamana kebaikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Allah selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israel untuk melaksanakan salat dan zakat seperti yang digariskan Allah untuk mereka. Salat pada tiap agama bertujuan memperbaiki jiwa, membersihkannya dan kerendahan budi dapat menghiasi jiwa dengan rupa-rupa keutamaan. Ruh salat ialah ikhlas kepada Allah, tunduk kepada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila salat itu kosong dari ruh tersebut, tidak akan memberi faedah apapun. Bani Israel selalu mengabaikan ruh salat itu sejak dahulu sampai waktu Alquran diturunkan dan bahkan sampai sekarang ini.
Zakat juga diperintahkan kepada mereka, karunia zakat itu mengandung perbaikan bagi urusan-urusan masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam kewajiban zakat. Di antaranya ada harta yang tertentu yang diberikan kepada keluarga Nabi Harun. Kewajiban itu sampai sekarang masih dilakukan oleh golongan Lawiyin, di antaranya, harta yang diberikan kepada orang-orang miskin. Akan terapi orang Bani Israel berpaling dari perintah-perintah itu, tak menjalankannya tapi menolaknya. Mereka meninggalkannya dan tidak mau menepatinya.
Termasuk penyelewengan mereka ialah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan yang menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara upacara agama menurut keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar dan lain-lain yang meruntuhkan agama.
Hanya sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa a.s. atau pada tiap zaman yang taat pada perintah Allah. Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan orang yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kemampuan mereka. Namun demikian bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu, kehadiran orang-orang ikhlas itu tidaklah mencegah tibanya azab Allah.
Di akhir ayat ini Allah berfirman yang artinya, "dan kamu (hal Bani Israel) selalu berpaling". Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak menaati petunjuk dan perintah Ilahi karenanya tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil ikrar dari Bani Israel) maksudnya dalam Taurat, dan Kami katakan, ("Janganlah kamu menyembah) ada yang membaca dengan `ta` dan ada pula dengan `ya`, yaitu `laa ya`buduuna`, artinya mereka tidak akan menyembah (kecuali kepada Allah). Kalimat ini merupakan kalimat berita tetapi berarti larangan. Ada pula yang membaca `laa ta`buduu`, artinya `janganlah kamu sembah!` (Dan) berbuat kebaikanlah! (kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya) maksudnya berbakti selain itu juga (kaum kerabat) athaf pada al-waalidain (anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kepada manusia) kata-kata (yang baik) misalnya menyuruh pada yang baik dan melarang dari yang mungkar, berkata jujur mengenai diri Muhammad dan ramah tamah terhadap sesama manusia. Menurut suatu qiraat `husna` dengan `ha` baris di depan dan `sin` sukun yang merupakan mashdar atau kata benda dan dipergunakan sebagai sifat dengan maksud untuk menyatakan `teramat` artinya teramat baik. (Dan dirikanlah salat serta bayarkan zakat!) Sesungguhnya kamu telah memberikan ikrar tersebut. (Kemudian kamu tidak memenuhi) janji itu. Di sini tidak disebut-sebut orang ketiga, yaitu nenek moyang mereka (kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu juga berpaling.") seperti halnya nenek moyangmu.
««•»»
And, mention, when We made a covenant with the Children of Israel, in the Torah, where We said: ‘You shall not worship (a variant reading [for lā ta‘budūna] has [third person plural] lā ya‘budūn [‘they shall not worship’]) any other than God (lā ta‘budūna illā Llāha is a predicate denoting a prohibition; one may also read lā ta‘budū [Worship you not]); and to be good, and righteous, to parents, and the near of kin: here kinship is adjoined to parents; and to orphans, and to the needy; and speak well, [good] words, to men, commanding good and forbidding evil, being truthful with regard to the status of Muhammad (s), and being kind to them [sc. orphans and the needy] (a variant reading [for hasanan] has husnan, the verbal noun, used as a hyperbolic description); and observe prayer and pay the alms’, which you actually accepted, but, then you turned away, refusing to fulfil these [obligations] (here the second person address is used, but their forefathers are [still] meant); all but a few of you, rejecting it, like your forefathers.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
And, mention, when We made a covenant with the Children of Israel, in the Torah, where We said: ‘You shall not worship (a variant reading [for lā ta‘budūna] has [third person plural] lā ya‘budūn [‘they shall not worship’]) any other than God (lā ta‘budūna illā Llāha is a predicate denoting a prohibition; one may also read lā ta‘budū [Worship you not]); and to be good, and righteous, to parents, and the near of kin: here kinship is adjoined to parents; and to orphans, and to the needy; and speak well, [good] words, to men, commanding good and forbidding evil, being truthful with regard to the status of Muhammad (s), and being kind to them [sc. orphans and the needy] (a variant reading [for hasanan] has husnan, the verbal noun, used as a hyperbolic description); and observe prayer and pay the alms’, which you actually accepted, but, then you turned away, refusing to fulfil these [obligations] (here the second person address is used, but their forefathers are [still] meant); all but a few of you, rejecting it, like your forefathers.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
83of286
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=2&tAyahNo=83&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#2:83
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=2&tAyahNo=83&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#2:83
Tidak ada komentar:
Posting Komentar